Selasa, 28 April 2015

Hanya berbagi cerita dengan berbagai makna

Saya tau ini bukan buku diary, saya cuma mau berbagi cerita melalui blog dimalam ini :)

Seperti biasa sehabis pulang kerja saya langsung melanjutkan aktivitas kuliah malam hari. Sebenarnya jam 9 pun saya sudah meninggalkan kampus, entah kenapa ditengah perjalanan perut keroncongan seperti ada cacing sedang demo wkak, dengan sigap saya mampir ke roti bakar yang lumayan sering saya kunjungi. Seorang diri pun tdk menjadi masalah kalau cacing sudah demo, pesanan pun lengkap
 "indomie telur kornet, setengah mateng kuahnya sedikit" duhh sedap banget kan coba bayangin. 
Ditambah es jeruk yg manis manis asem tapi tetep aja manis kalau minumnya liat saya mah wkakka.
Saya duduk tepat didepan seorang ibu-ibu yang membawa anak putranya yg masih duduk di bangku smp.
Awal mulanya sih rada sinis, saya hanya melemparkan senyuman kecil. 
Pedasanan kami pun datang bersamaan.
"Buk, makan bu" 
ibu itu pun menjawab "oh iya dek, ini juga pesan kok"
Blablabla ibu itu pun jadi keterusan cerita, mulai dari dia gadis, musti berjuang saat kuliah kerja, biayain adik2nya sampai alhamdulillah sekarang jadi orang semua, sampai2 dia melukapan cita2nya demi menjaga amanah kedua orang tua yg membebankan semua kebutuhan adik2nya kepada ibu tsb.
Sampai sekarang kasih sayang ke anak2nya pun tdk pernah dimakan waktu. Walau dia sibuk dia selalu menyempatkan untuk tlp anak2nya dirumah, melarang ini itu demi kebaikan anaknya.
Waktu terus berjalan, ibu pun tdk berhenti berhenti bercerita dan meminta pendapat sesekali.
Ibu tsb bertanya " kamu kuliah atau kerja dek ?" 
"Saya kuliah kerja bu" 
"Jurusan apa ?"
"Pend.psikologi dan bimbingan kons, di assyafiiyah"
"Wah sama suami saya juga lulusan assyafiiyah, pantas dr tadi saya berbicara sama kamu nyaman sampai2 tdk sadar sudah 2 jaman, inget dek empati itu bukan orang itu sendiri yg bilang "saya empati loh" tapi orang disekitar kamu yg bisa merasakan bahwa kamu itu empati terhadap orang lain."
Blablabla singkat cerita ibu tsb memanggil pelayan, mas ini beraapa semua ? 
Dan jadi gak enak hati sih makanan dan minuman saya pun ikut dibayarkan.

Tanpa disadar td saya dikelas belajar tentang responding, personalizing,feedbacking, dll. Dan alhamdulillah berguna disekitar, dan ibu tsb meminta no tlp untuk kontak lebih lanjut :) alhamdulillah.

Niatnya saya mau pulang karna sudah jam 11 malam, arah ke parkiran ternyata ada sahabat dan pacarnya lg makan. Wah kebetulan sekali tanpa disengaja. Cerita2,curhat kerjaan, solusi dll, eh saya malah ditraktir lagi. Wah alhamdulillah untuk hari ini. 

Belajar itu dimana mana, tanpa mengenal  waktu, tempat, dan dari sumber mana pun ;) oh iya, satu yg saya ingat dari berbincangan dengan ibu tsb.

"Jangan selalu melihat keatas karna gak akan ada habisnya, lihat kebawah walau kita mampu" 


Rabu, 01 April 2015

Sahabat

Sahabat ? 
Hm mungkin bisa diartikan sebagai berbagai macam anggapan.
Mulai dari temen gila gilaan, temen blak blakan, temen kelayapan sana sini, temen ketawa, temen nangis.
Tapi gak tau kenapa saat lo main sama yg lain pasti selalu dibilang kacang lupa sama kulitnya.
Emang lo tau kalau diem diem sahabat lo yang sibuk itu selalu menyebut nama lo didalam doa ? (Musti diumbar kali ya biar pada tau ) ya kan gak mungkin namanya juga ibadah nanti jatuhnya ria .

Slek slekan biasa, tapi jangan sampe nyakitin hati salah satunya ya 😊
Kalau dia sibuk sama yang lain anggep aja dia lg butuh suasana baru, atau emang kegiatan dia disitu tiap harinya.

Tapi sebenci apapun sama sahabat, gak ada yg namanya bekas sahabat. Mau kesel kayak gimana juga pengennya dengerin cerita walaupun cerita ketika saat sedih.
Jangan malah beranggapan kalau
"Dia butuh kalau susah doang"
Seharusnya bersyukur karna dia masih ingat tempat untuk pulang. 

Selamat mencara jati diri wahai para sahabat 😊